Aku. Setapakku tidak berjalan. Aku ingin melangkah tetapi mengapa batu besar ini terikat keras dikakiku?
Aku ingin mundur, setapakku ayo kita mundur! Aah tidak mungkin, rasanya tembok raksasa itu dengan bahagia menutupi aku.
Aku harus apa? Bagaimana?
Batu dan tembok, kalian lebih keras dari keras kepalaku.
Jakarta, Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar